10 Juli 2009

Contrang-contreng rek!



Contrang-contreng, contrang contreng
Hobi anak sekarang
Contrang-contreng, contrang contreng
Bikin ketagihan

Kalau ada maunya
Kalau ada maunya
Semua harus ada
Tak bisa ditunda
Contrang-contreng, contrang contreng
Hobi anak sekarang
Contrang-contreng, contrang contreng
Bikin ketagihan
[2X]

Memang aneh dunia zaman sekarang
banyak orang-orang bilang
tak ada uang tak sayang
(By: Elvi Sukarisih)



Mbak Elvi, I miss u.
Mbak Elvi Idolaku, mbak Elvi idola keluargaku, mbak Elvi idola semua penggemar dangdut. Semoga lirik diatas tidak membuat mbak Elvi makin risih.
Aku kemaren habis nyontreng lho, mbak! di Banyuwangi. Bayangkan mbak, demi Indonesiaku, tak bela-belain pulang cuma sehari, trus berangkat lagi ke Surabaya. Ini demi kau Indonesiaku, sungguh, DEMI KAU! camkan itu baik-baik.
Juga bagi para penggila, penggiat, dan segenap aktivis dangdut dimanapun engkau berada, tunjukkan rasa nasionalismemu bukan hanya dari lagu-lagu yang dangdut yang kau dendangkan tapi juga dari segenap hati tuk memberikan suara demi nasib bangsa kita lima tahun ke depan. LIMA TAHUN! camkan itu baik-baik saudaraku.
Itung-itung biar kita bisa menagih janji-janji para calon sewaktu mereka kampanye. Dan alhamdulillah! ternyata yang tak contreng meraih suara 60% lebih. Hakhakhak hikhikhik hakhikhakhik!

Omong-omong contreng, kalau kita amati lebih jauh, ternyata ada perbedaan setting tempat TPS di kota dan di desa. Kalau di kota (aku amati di Surabaya) tempat-tempat pemungutan suara biasanya berupa tenda yang menutup sebagian akses jalan gang-gang perumahan kecil. Kalau di desa (aku amati di Banyuwangi) TPS biasanya bertempat di SD atau MI atau balai desa atau lapangan atau bekas rumah penduduk. Seperti yang aku alami ketika aku menyontreng di rumah pak Ponidi.

(ket gambar: suasana penyontrengan di rumah P Ponidi, desa Buluagung RT 02 RW I, Siliragung, Banyuwangi)

07 Juli 2009

The New Comer is Coming! KING (without kong)!


Pemain :
Rangga Raditya – Guntur
Mamiek Prakoso – Pak Tejo
Lucky Martin – Raden
Ario Wahab – Mas Raino
Asrul Dahlan – Bang Bujang
Wawan Wanisar – Pak Lurah
Yati Surachman – nenek Raden
Surya Saputra – Pelatih Bulutangkis
Sutradara : Ari Sihasale
Dirmawan Hatta – penulis skenario
Penata Musik : Aksan Sjuman dan Titi Sjuman
Produser : Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen Sihasale.
Produksi : Alenia Productions


Description:
"Ngawur kon!"
Kalimat seru ini akan sering kita dengarkan begitu melihat film keluarga yang dibintangi oleh artis cilik berwajah oriental yang kampungan, Guntur dan Raden. Polah tingkah mereka semasa SD sering membuat geger warganya lantaran kerjaan dua bocah ini mencuri perkakas rumah, mulai senar gitar, balon mainan sampai tebah kasur. Namun begitulah esensi persahabatan dan perjuangan yang coba dituangkan dalam film "mini badminton" ini. Tak ketinggalan, canda tawa dan haru mereka di perkampungan dengan setting gunung, kawah, dan hutan, akan mengingatkan kita pada masa kecil, saat kita di desa. Seperti diriku. Huhuuuu:<,

“KING” adalah film keluarga karya sutradara Ari Sihasale, seorang aktor senior sekaligus produser yang sukses menelorkan “DENIAS – Senandung di Atas Awan” dan “Liburan Seru”. “KING” diproduksi oleh Alenia Productions yang didirikan oleh Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen.
Dua sejoli ini aktif membuat film, setelah sukses dengan “Denias”, kini mereka menghadirkan “KING” yang kisahnya terinspirasi legenda bulutangkis Indonesia, Liem Swie King (28 Februari 1956 – ).

Walaupun memang ada banyak deretan nama-nama legenda Bulutangkis di Indonesia, seperti Rudi Hartono, Tan Joe Hok, Iie Sumirat, Christian Hadinata, Ade Chandra, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Icuk Sugiarto, Alan Budi Kusuma, Susi Susanti,, dan lain-lain, namun hanya ada satu yang mempunyai ciri khas yang dikenang sampai sekarang, yaitu smash dengan cara melompat (jumping smash) yang kemudian dikenal dengan sebutan “King Smash” yang hingga kini masih melegenda dan ditiru oleh pemain-pemain dunia.

Film “KING” ini mengemas drama keluarga sarat dengan pesan pendidikan, perjuangan, dan nasionalisme. “KING” mengisahkan perjuangan dalam prestasi olah raga dari seorang anak dari desa, dengan kemauan dan latihan yang keras akan membawakan hasil yang heran. Senada dengan film “Garuda di Dadaku”, film “KING” ini disamping bertema olah-raga juga tentang persahabatan, suatu persahabatan ala “Hamlet dan Horatio”.
Suatu jenis persahabatan yang dapat mengungkapkan kepada kita bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian. Setiap kesuksesan, apapun jenisnya selalu memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya yang terdekat. Yaaah, namanya juga soulmate. Oh, ya. Aku udah nonton lho premiernya, di Plasa Surabaya. Tuh, dah tak aplot di bawah! dibaca ya...(ngawur, kon!!!)

05 Juli 2009

Oh, King! We're Couple...

Benernya dikit canggung sih pas mau nonton film badminton junior ini. Berhubung dapet kesempatan nraktir, cabut deh. Petang itu, aku ma kang Tajek abis jama'ah Ashar di kosan. Sok-sok an gtu deh, aku yang jadi imam (Subhanallah!). Pas dari raka'at 2 hapeku bergoyang. Nah, loh! Gak kusuk. Pas tahiyat ahkir goyang lagi. Abis salam toleh kanan-toleh kiri, no salaman no wiridan, just angkat hape. Eh, ternyata pak rektorat. Lupa namanya, kayaknya pak Eko. Nggak penting, ah! Yang penting pak Eko orang penting di rektorat.
Dan, aku disuruh olehnya saat itu juga datang ke rektorat kampus C. Yowes, aku langsung budhal sama kang Tajek. Ternyata disana di brifing tentang keberangkatanku ke Jakarta. Ada acara sosialisasi dan revisi proposal dari Dikti. Oh, betapa senangnya hatiku. Lebih senang lagi, aku bisa jalan-jalan ke Jakarta, dan GRATIS!!! lebih senang lagi, ternyata proposalku disetujui. Dapet 40 jeti. EMPAT PULUH JETIII....
sklai lagi
EM-PAT-PU-LUH JETIII...
skali lagi
EEMMPPAATT PPUULLUUHH JJEETTIIII...
skali lagi
EMP(ukh, ukh!) LUH (aduh kesedak!) JEEEETTTTIIIII...

Ehm! Ehm!
Singkat cerita, aku disangoni tiket pesawat dan sejumlah uang. Senangnya hatiku, turun panas demamku, kini aku bermain dengan riang...:--).
Dari mana tadi...? Oh ya, disangoni. Trus anu, langsung wes. Mumpung premier, MIDnight! No basa no basi. Mampir kos, ambil helm. Berangkatlah ke Delta, pesen 6 tiket. Dua untuk aku ma kang Tajek, satu tuk Cicik (21, Kediri), satu tuk Ipung (22, Madura), dan duanya tuk Maya (21, Pandaan) ma Asdi (24, Sidoarjo).
Hummmm! Jae Hoh!

Syukron, dapat tempat paling belakang. Pas pilem diputar, bayanganku sebelumnya adalah setting King yang sok Jakarta sentris gitu. Gedung-gedung tinggi pencakar awan dan jalanan sok macet. Tapi begitiu yang muncul adalah scene pegunungan dan daratan nan hijau dan luas, terkejutlah hatiku (mak Wow!).
Then, Apa yang terjadi? Selama pilem diputar, kita sok rebutan setting gitu.
Pas scene kawah memukau itu, kata Cicik, “Eh, Kediri tuh, gunung kelud!”
Maya: “Bukan yo! Tu lho Pandaan.”
Lha pas scene pemandangan hijau-hijau rumpun yang asri dan segar itu (beserta kijang-kijang kelana),,
“Madura weh, Madura!” Ipung menyohor
"Halah! Meduro gersang", jarene wong Sidoarjo
"Wuh, Kah! daripada Darjo, tenggellam."
Aku dan Tajek ikut berchauvinisasi “ Lah lah lah! Yo Banyuwangi tho!! Iku lho Alas Purwo”. sebenarnya sok tahu sih njawab alas purwo. Padahal cuman pisan thok mrono, pas pelantikan PMR kae..
Dari awal aku merasa ada proksimitas dengan pilm ini. Entah kenapa, pilm itu begitu menggambarkan kahidupanku di masa lampau. Pengalaman-pengalaman masa lalu yang mirip. Hanya saja Guntur sering ke Ijen, aku sering ke Rowo Biru. Hobi sama, badminton. Sepedah mininya juga sama. Nama bapaknya juga hampir sama lho... Hanya saja aku cuma menang di tingkat Kecamatan.
Dan ternyata! Begitu ada nama Banyumangkis, kang Tajek berusaha meyakinkan “Ki nong Banyuwangi tenan tho yo?”
Ealaaaah, tibake tonggoan. Guntur Banyuwangi lor cedek Ijen aku banyuwangi kidul cedek Pulo Merah...
You know what? Pas pulang dari Jakarta Minggu kemaren, tetangga kosku podo maen raket. Tampel-tampelan. Terhitung pas aku jalan dari RSUD Dr. Soetomo sampek pertigaan karangmenjangan samping kos, 12 bocah menangkis-nangkis bulu termasuk Nopi, adek kosku..


Salam Blambangan!

Alhamdulillah...Uhuy! ahkirnya jadi sudah weblogku.

Ucapan terimakasih tak terkira saya sampaikan kepada Mr.Blogger yang telah ikhlas menyediakan tempat untuk hajatan informasi, bertukar pikiran, sharing pengalaman, dan up date berita. Tak lupa pula kepada segenap handai taulan yang selalu menunggu-nunggu kabar launching weblog ini. Sebenarnya masih bingung juga mau diisi konten apa weblog ini. Kalau buku diary elektrik, ntar dikira nyentrik. Kalau cuma tugas kuliah, kuno. Kalau sumber bokep-bulary, udah jadul (arek Banyuwangi wes ora doyan mbokep). Yoweslah, ngalir aja. Take it easy just let it blow!.

Bismillahirrahmanirahim, dengan disaksikan oleh sembilan pengguna warnet "asa", weblog diblambangan saya nyatakan on air! (disusul bunyi palu memukul meja bilik 6 "asa" net, tok tok tok!)

plok plok plok plok plok...100x!!!

cpret! cpret! cpret! ("asa" net makin silau oleh kilatan kamera slr wartawan Asapos)

plok plok plok plok...100x!!!

cpret! cpret! cpret!

Bupati Ratna melambai-lambaikan tangan dan tersenyum kepada segenap user "asa" net disetiap bilik disusul dibelakangnya jebeng-thulik melenggak lenggok menggunakan batik bertulis “Sumpah! Made in Blambangan”.

plok plok plok plok...100x!!!

Rombongan bupati beserta jebeng-thulik berlalu meninggalkan warnet