25 November 2009

CREATIVE BRIEF

Kata korupsi sudah sangat melekat di benak kita. Mendengar kata tersebut secara otomatis menimbulkan konotasi atau pemahaman yang negatif di pikiran kita. Penggelapan uang, suap-menyuap, seolah menjadi definisi yang paling tepat untuk menggambarkan korupsi.

Namun tidakkah secara sederhana dapat kita pikirkan lebih mengenai definisi korupsi sebenarnya. Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu ‘corruptio’. Kata ini berasal dari kata kerja ‘corrumpere’ yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, atau memutarbalikkan. Dari definisi awal tersebut sebenarnya dapat dipahami bahwa korupsi tak hanya mengenai penggelapan uang ataupun suap menyuap saja. Beberapa hal remeh sudah mengindikasikan korupsi. Dan parahnya, korupsi tersebut seolah menjadi budaya yang wajar di Indonesia.

Bagi seorang pegawai negeri, masuk kantor pukul 09.00 bisa jadi hal biasa. Bagi seorang anak kecil, mengambil uang kembalian jajan merupakan upah, dan mencontek, bagi pelajar adalah salah satu syarat kelulusan. Korupsi tidak hanya uang. Ide, usia, dan waktu pun bisa dikorupsi. Korupsi dapat terjadi dimana-mana, oleh siapapun, kapanpun. Korupsi juga dapat ditemui dalam bentuk lain, seperti korupsi ide, korupsi waktu, maupun yang lainnya.

Korupsi ternyata sudah mulai menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Dari kebiasaan-kebiasaan yang remeh tersebut, sedikit demi sedikit kebanggaan kita terhadap Indonesia mulai terhapus. Tentunya, jangan sampai hal itu terjadi.

Saatnya untuk mengubah budaya tersebut. Jangan sampai korupsi menjadi budaya di Indonesia. Sampaikan penolakan-penolakan terhadap segala macam korupsi di Indonesia. Korupsi bukan budaya kita. Kita bangga dengan identitas sebagai bangsa Indonesia.

Ketentuan Lomba:

1.Terbuka untuk umum
2.Peserta boleh dalam bentuk tim (maks 2 orang)
3.Tidak sedang diikutsertakan di ajang lomba lainnya dan belum pernah dipublikasikan di media manapun
4.iklan cetak merupakan iklan layanan masyarakat yang mendukung gerakan anti korupsi
5.tiap peserta dapat mengumpulkan maksimal 3 foto
6.lomba tidak dipungut biaya
7.Karya dikirim kepada Sekretariat Panitia dalam bentuk print out ukuran A3, ditempel di karton hitam dengan marjin 3 cm setiap sisi.
8.Pengiriman karya disertai dengan
CD file image dalam bentuk TIFF (ukuran sebenarnya) minimal 300 dpi
Form Peserta dan Lembar Pernyataan (dapat diperoleh di www.himadep-komunikasi-unair.blogspot.com)
Fotokopi KTP/SIM/Kartu Pelajar
9.materi dan hak siar karya yang telah dikirimkan menjadi milik Himadep Komunikasi Universitas Airlangga
10.Keputusan Juri mutlak, tidak dapat diganggu gugat
11.tidak dilakukan surat menyurat

Juara I Rp 5.000.000
Juara II Rp 3.000.000
Juara III Rp 1.000.000
3 juara harapan @ Rp 500.000
* karya yang terpilih juga akan dipamerkan selama dua minggu dan diusulkan sebagai materi iklan layanan masyarakat oleh dinas yang terkait


Deadline Pengumpulan Karya : 05 Desember 2009 (cap pos)

Sekretariat Panitia
Lomba Cipta Iklan Cetak Layanan Masyarakat “Anti Korupsi”.
Jalan Gubeng Jaya II No 48 Surabaya
CP : Mee 085655459905
Blog : himadep-komunikasi-unair.blogspot.com

(taken from: himadep-komunikasi-unair.blogspot.com)

17 Oktober 2009

Naif Mencuri Pandang (Catatan Pasca Silatnas IMIKI)

Villa Tretes, Pandaan. Alhamdulillah, Silatnas IMIKI 2009 telah dilaksanakan dengan sukses BESAR! Acara yang diikuti oleh lebih dari seratus peserta dari berbagai universitas se-Indonesia ini memiliki tujuan utama mengakrabkan kawan-kawan IMIKI. Regenerasi juga menjadi poin penting dalam acara ini mengingat IMIKI sekarang sudah bertambah dewasa dan membutuhkan bibit-bibit unggul untuk meneruskan estafet kepengurusan. Oleh sebab itu, dari Silatnas inilah muncul proses internalisasi sehingga kita semua berharap IMIKI kedepan menjadi lebih solid dan tambah KEREN, terkenal seantero Indonesia. Amiiin!

Terima kasih kepada semua teman-teman IMIKI yang telah mendukung acara Silatnas ini dari sebelum, pada saat, sampai dengan setelah acara. Semoga kebersamaan ini tidak hanya terasa saat kita bakar-bakar jagung, joget-jogetan, main futsal, dan berenang bareng, tapi agar tetap terjaga sampai purna dari IMIKI, sukur-sukur sampai akhir hayat (lho?!)

Eh, eniwe...ternyata hari ini masih ada peserta Silatnas yang masih nyangkut di Surabaya, dialah mas Dedi dan sebutir temannya (saya lupa namanya) dari Universitas Lambung Mangkurat. Katanya sih habis jalan-jalan dari Jogja (JOGJAAAAA!). Siang tadi saya ikut bercipika-cipiki dengannya sambil bertukar bingkisan (lebih tepatnya dikatakan map aja kali ya...). Yawes, semoga slamet sampai Banjarmasin yaw (lambaian tanganmu kurasakan pilu didada...nantikanlah aku di teluk Bayur).ceileeee

Setelah berpisah, aku dengan kang ipung kriwel menyusul mas David yang akan mencuri-curi pandang di Gramedia Expo. Lebih tepatnya dia dan personil Naif lainnya akan benar-benar tampil secara Naif mengguncang panggung Surabaya Computer Expo.
"Assalamualaikum! Yopo kabare Suroboyo?!" begitulah pekikan kalimat sapaan yang keluar dari kerongkongan mas David begitu namanya disebut oleh MC berambut pirang. Serentak pengunjung di teras Gramex melambaikan tangan menyambut kedatangan sang maestro yang fasih ber"boso jowo".

Berhubung malam ini adalah malam minggu dan di SCE sedang digelar pula diskon heboh SMS (Saturday Midnight Sale), aku dan kriwel ikutan silaturrahmi alias nimbrung. Uhuy! Itung-itung ngecek votes peserta lomba foto IMIKI hasil kerja bareng IMIKI dengan Dyandra Promosindo, Event Organizer yang menggelar SCE. IMIKI ikut meramaikan event SCE yang digelar pada 14-18 Oktober dengan menggelar lomba fotografi yang diikuti oleh peserta dari Surabaya dan sekitarnya. Daaan, malam ini adalah penghitungan votes untuk foto terbaik pilihan pengunjung (shhhhrp, nyim-nyim!).

Tak kusangka mas David yang segendut (menurutku) itu bisa melenggak-lenggok layaknya mekel jeksen, tapi gerakannya nyeret-nyeret dan tak bersudut. Waktu dia membawakan tembang "Curi-curi Pandang" yang menjadi salah satu ikon Naif, adrenalinku ikut ber ajib-ajib! Semua penonton jingkrak-jingkrak sambil melambaikan tangan ke kiri ke kanan dan berteriak "curi-curi pandang!" berkali-kali. Entah saking pandainya mencuri pandang atau pandangannya yang kabur, kacamata item kang David Bayu sampai terlempar ke belakang stage (tak pek'e po'o cak timbang diguwak!).

Usai manggung, aku cuma dapet uluran jari-jemarinya tuk bersalaman itupun sambil berjejal-jejal dan memasang wajah melas polos dibalik jeruji besi panitia...:(
Tapi pas sesi pengundian pemenang, aku dapet flesdis 2GB seharga Rp 5.000 (LIMA RIBU RUPIAH INDONESIA) syarat dan ketentuan TIDAK berlaku! YAHUUUUUUT!!!

03 Oktober 2009

Siaran Pers: Silaturrahmi Nasional IMIKI



Masih dalam rangkaian CAPTURE (Capitalize Our Culture), yang meliputi lomba fotografi tingkat nasional bertema kebudayaan dan pameran foto, kali ini akan diselenggarakan seminar nasional dengan tema kebudayaan.

Seminar ini ditujukan untuk membuka perspektif bagi para mahasiswa, penggiat fotografi, dan budayawan agar bisa “membidik” budaya dalam sebuah bingkai foto. Seminar nasional “Membingkai Budaya Sebagai Isu Minoritas dalam Fotografi” akan berusaha menyajikan obrolan-obrolan dan pengalaman dari para pembicara mengenai perumusan ide tentang fotografi, seni, dan budaya baik itu berupa proses/praktik maupun secara teoritis. Seminar juga menekankan pada diskusi tentang usaha untuk membingkai sebuah budaya dalam bentuk karya fotografi yang memiliki nilai seni.

Dengan segmen mahasiswa, penikmat foto, budayawan, serta fotografer, seminar ini secara garis besar berusaha mengangkat permasalahan dari dua sisi yaitu akademis dan praktis. Isu fotografi akan disajikan oleh pembicara yaitu fotografer Jawa Pos, Yuyung Abdi, sedangkan dari sisi seni dan budaya akan disampaikan oleh pakar seni dan budaya yaitu ketua Dewan Kesenian Surabaya Sabrod D Malioboro serta Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata Jawa Timur, Dr Harun. Seminar dilaksanakan pada Jumat, 09 Oktober 2009 pukul 13.00-15.00 WIB di ruang Merah Putih, Balai Pemda. Jl Pemuda 15, Surabaya bertepatan dengan pengumuman hasil lomba fotografi tingkat nasional yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Dalam kesempatan ini, IMIKI mengundang setiap perwakilan dari universitas di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi untuk ikut berdiskusi dalam seminar sekaligus sebagai bentuk silaturahmi nasional antar jurusan Ilmu Komunikasi se-Indonesia. Turut diundang dalam seminar ini perwakilan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Seminar yang dihadiri oleh 100 peserta ini juga didukung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia yang akan mensosialisasikan peran masyarakat dan mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, salah satunya dengan melaporkan tindak pidana korupsi yang ditemuinya seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi serta diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

Seminar ditutup dengan pengenugerahan pemenang lomba fotografi tingkat nasional, Capitalize Our Culture (CAPTURE) yang telah diselenggarakan oleh IMIKI selama Juli-Agustus 2009 dengan juara I Risma Rahmadani dari Samarinda, Kalimantan Timur dengan judul foto “Berburu”.

Informasi lebih lanjut, silakan menghubungi staf Divisi Kominfo IMIKI:
Adi Mutohar
Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga
Jl. Karangmenjangan 97b, Surabaya
HP: 085258276341
Email : adisihasale@gmail.com, adicuks@yahoo.com

09 September 2009

Para Pemenang CAPTURE

Berikut data pemenang lomba foto CAPTURE:

Juara I
Nama : Risma Rahmadani
Judul : Berburu


Juara II
Nama : Silvia Yulianti
Judul : Sembur

Juara III
Nama : Dimas Kristi Yogananta
Judul : Selalu (sepi) Penonton



Juara Harapan

Nama : Nurmahendra Hardytia
Judul : Ekspresi Penari Bali

Nama :Aldi Adi
Judul : Semburan Api Khas Reog


Foto para pemenang akan segera di upload di blog ini. Sementara masih menunggu konfirmasi dari para pemenang. Terima kasih.

07 September 2009

Menelusuri Khaosan Road, Malioboro ala Thailand

Lama tak ngeblog. Haiyaaah, bagaimana kabar Indonesia? Ni catatan perjalananku selama mengikuti AEYVE (Asia Europe Young Volunteer Exchange) 2009. Disana tak sempat otak-atik blog. Huhuu...


Usai sudah perjalanan panjang saya dalam AEYVE 2009. Dua minggu terasa dua hari. Teman-teman baru, wajah mereka, tawa dan semangat mereka membuat saya tak ingin meninggalkan Thailand begitu saja. Di akhir acara, tepatnya setelah penutupan AEYVE oleh direktur CCIVS UNESCO, saya menyempatkan diri mengunjungi pusat kawasan Bangkok selama dua hari, tepatnya di Khaosan Road. Awalnya saya tidak memiliki gambaran sedikitpun tentang Khaosan Road karena teman saya, Ann, yang memberikan usul kepada saya untuk mengunjungi tempat itu tidak memberitahukan apa itu Khaosan Road. Dia hanya memberitahu Khaosan Road adalah tempat menarik untuk dikunjungi dan banyak turis disana. Apalagi terdapat hotel dan guest house yang menawarkan harga gado-gado, mulai 250 Baht (Rp 75.000), 500 Baht sampai diatas 1500 Baht untuk menginap selama semalam. Well, saya mengamini usulnya.

Setiba di Khaosan Road, hal yang sangat wajar saya temui di Indonesia juga saya jumpai disini. Ya, pedagang kaki lima dan gerobak di sekitar Malioboro. Rupanya Khaosan Road adalah pasar wisata layaknya Malioboro di Jogja. Banyak penjual menawarkan aksesoris, perhiasan, makanan tradisional, dan bermacam servis. Begitu cocok dengan guest house seharga 300 Baht (setelah mengelilingi Khaosan Road tentunya), saya tak ambil pusing dan segera masuk kamar karena harus istirahat untuk menikmati Khaosan seutuhnya di sore harinya. Kamar sedang dengan dua tempat tidur, satu kipas angin dan sebuah meja cukup lumayan bagi backpacker seperti saya. Dan kamar lantai empat ini cukup bersahabat karena sekalian saya bisa menguras tenaga naik turun tangga selama berpuasa.


Pukul lima sore saatnya hunting takjil. Begitu saya keluar guest house, atmosfer yang saya rasakan sudah berbeda dari 4 jam yang lalu. Jalan penuh dengan turis, kafe dan bar mulai mendentumkan musik, penggorengan mulai berasap, dan penjual semakin semangat menawarkan aksesoris. Inilah yang membuat Khaosan Road berbeda dengan Malioboro. Selain guest house yang rata-tata berlantai tujuh, disini lebih banyak turis, lebih banyak kafe, dan lebih banyak musik. Kalau di Malioboro masih terdapat mobil dan sepeda motor yang berlalu lalang di jalan, di Khaosan Road sama sekali tidak. Semua orang tumpah di sepanjang pinggir dan tengah jalan. Semua berjalan kaki dengan asik. Semakin malam semakin banyak servis. Mulai dari billiard, kafe dengan para bartender-nya, terapi ikan, sampai pijat ala Thailand alias Thai massage seharga 500 Baht per jam.


Ketika saya berjalan ke barat, saya menemukan banyak penjual berwajah Bollywood menjual masakan India. Kemudian restoran Sushi yang menjual masakan Jepang dan toko yang menjual berbagai edisi Lonely Planet. Setelah berjalan ke utara dari pertigaan ujung barat Khaosan Road, saya menjumpai masjid Chakrabongse. Tepat sekali menantikan saat buka puasa. Tapi saya ragu apakah ada takjil layaknya masjid di Indonesia. Setelah nekat masuk, ternyata di halaman masjid telah ditata beberapa meja dan kursi dengan lima kursi mengelilingi setiap meja. Ketika saya tanya salah seorang takmir masjid, ternyata memang benar kursi dan meja itu adalah tempat untuk berbuka puasa, dan gratis tentunya. Di samping masjid juga sudah tersedia stand panjang yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman, buah-buahan, serta roti dan kurma. Semua pengunjung masjid dapat langsung mengambil makanan di stand prasmanan tersebut.


Saat saya duduk di satu meja, saya berkenalan dengan Anang, Toha, dan Rofi. Mereka adalah muslim dari Thailand selatan yang bekerja di bagian pelukisan pada kerajaan Thailand, seperti membuat ukiran, anyaman, dan keramik. Tak sampai sepuluh menit, kami sudah sangat akrab karena ternyata mereka bertiga bisa berbahasa melayu (walaupun saya merasa bahasa melayu lebih sulit daripada bahasa inggris). Selepas shalat maghrib, saya diajak ke tempat Rofi bekerja, tepatnya di sekitar kerajaan Thailand. Suatu kehormatan bagi saya dapat memasuki bangunan keren di Thailand. Lalu diajak shalat tarawih di masjid Darul Aman, sekitar beberapa ratus meter dari kedutaan besar Indonesia. Esoknya saya bersama Rofi berkeliling pasar Chatucat, pasar super besar di Bangkok, untuk memborong oleh-oleh. Saya bilang jika suatu saat mereka ke Indonesia, jangan lupa beri kabar. Mungkin saya bisa mengajak keliling istana presiden (walau saya tidak bekerja disana) dan pasar klewer.

17 Agustus 2009

Ralat!

Diberitahuhkan kepada seluruh peserta dan pihak terkait acara lomba, pameran foto, serta seminar CAPTURE bahwa:
1. Sehubungan padatnya traffic penggunaan ruang galeri Mc Donald Plasa Surabaya, pameran foto yang semula terbagai dalam 2 tempat (Balai Pemuda dan MC Donald Plasa Surabaya) hanya berlangsung satu kali di satu tempat yaitu Balai Pemuda Surabaya Jl. Pemuda 15 Surabaya pada 11-14 Agustus 2009
2. Sehubungan dengan jadwal ospek Universitas dan fakultas di lingkungan Universitas Airlangga yang berlangsung pada 18-29 Agustus 2009 dengan menggunakan seluruh gedung pertemuan di setiap fakultas, seminar "Membingkai Budaya sebagai Isu Minoritas dalam Fotografi" yang semula akan diadakan pada 18 Agustus 2009 di lt.3 gedung C FISIP Unair, diundur sampai 9 Oktober 2009 di ruang Merah Putih Balai Pemuda Jl. Pemuda 15 Surabaya. Acara seminar sekaligus penganugerahan pemenang lomba foto CAPTURE dan silaturahmi nasional IMIKI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia).

Demikian pengumuman ini kami sampaikan. Mohon maklum kepada semua pihak. Atas perhatian dan pengertian Anda kami sampaikan banyak terima kasih.

Panitia CAPTURE,

12 Agustus 2009

PENDAFTARAN CAPTURE DITUTUP

Terima kasih kepada seluruh peserta yang telah mengirimkan karya. Panitia telah menerima 60 karya yang terkumpul dari Aceh, Jawa, dan Kalimantan. Karya yang telah dikirim, telah diseleksi oleh panitia. Saat ini karya terpilih sebanyak 34 foto sedang dipamerkan di Galeri Surabaya, Balai Pemuda, Jl. Pemuda Surabaya sampai dengan 14 Agustus 2009. Pameran akan dilanjutkan di Galeri MC Donald lt.1 Plasa Surabaya, Jl. Pemuda Surabaya pada 15-17 Agustus 2009.

Foto yang terpilih adalah foto-foto acak sehingga bukan berarti yang tidak terpilih tidak masuk dalam penjurian. Semua foto yang telah terkumpul akan diseleksi oleh juri pada 13-15 Agustus 2009. Para pemenang akan dihubungi langsung oleh panitia setelah penjurian usai. Pengumuman pemenang dapat dilihat di blog ini (adiblambangan.blogspot.com).

Penganugerahan pemenang pada 18 Agustus 2009 pukul 10.00 - 12.00 WIB di ruang 302 lt.3 Gedung C FISIP Kampus B Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan 4-6 Surabaya, bertepatan dengan seminar nasional "Membingkai Budaya sebagai Isu Minoritas dalam Fotografi". Seminar ditujukan untuk umum dan gratis. Informasi lebih jauh tentang seminar dapat menghubungi sekretariat HIMA Departemen Komunikasi Unair di nomor 085258276341 (Adi), 085655459905 (Mee).

26 Juli 2009

Lomba Fotografi Nasional 2009
























Lebih dari 30 item budaya bangsa Indonesia telah diakui kepemilikannya oleh pihak lain (http://budaya-indonesia.org/iaci/Data_Klaim_Negara_Lain_Atas_Budaya_Indonesia). Apakah bangsa Indonesia akan diam begitu saja?

33 provinsi di Indonesia memiliki keragaman budayanya masing-masing. Sudah sepantasnya apabila kita bangga terhadap kebudayaan tersebut. Namun keberagaman dan kekayaan budaya yang kita banggakan ternyata justru menjadi petaka baru. Terlalu banyak klaim kepemilikan yang muncul.

Sudah saatnya hal tersebut dihentikan!

Lomba Foto CAPTURE peduli terhadap hal itu. Melalui tema “capitalize OUR CULTURE” mengajak masyarakat umum untuk mendokumentasikan budaya Indonesia dalam bentuk foto. Karya foto yang dimaksud bisa mengambil obyek kesenian daerah ataupun benda yang dapat dikategorikan sebagai budaya asli Indonesia.
Foto dipilih sebagai media untuk upaya pendokumentasian budaya-budaya yang menyebar di seluruh Indonesia. Foto! Pamerkan! Biarkan semua orang tahu kebudayaan kita. Mari berdoa dan beraksi, agar semakin banyak yang perduli terhadap kebudayaan asli Indonesia. Dan hilanglah klaim kebudayaan kita oleh pihak lain.
Inilah saatnya untuk “capitalize OUR CULTURE”. Berikan huruf kapital di hatimu untuk BUDAYA INDONESIA!! Pesan kami,

angkat budaya asli Indonesia, sebarkan kepada dunia luar, dan banggalah kepada INDONESIA!!


KETENTUAN LOMBA

Tema
Tema lomba adalah “capitalize OUR CULTURE”

Obyek foto
Obyek foto meliputi budaya tradisional asli Indonesia, dapat berbentuk kesenian ataupun benda-benda yang dapat dikategorikan budaya asli Indonesia

Peserta
Lomba foto terbuka untuk masyarakat umum di seluruh wilayah Indonesia
Setiap peserta dapat mengirimkan maksimal 5 (lima) karya. Apabila peserta mengirimkan lebih dari 5, panitia akan memilih 5 foto tanpa pemberitahuan kepada peserta
Biaya registrasi Rp. 20.000 (per peserta),- Ditransfer ke Panitia, Rekening BNI Cabang Ponorogo Nomor 0128554513, a.n. Naning Ika Jayanti

Ketentuan foto
Karya belum pernah dipublikasikan (media massa, pameran, dan kegiatan sejenis), dan juga belum pernah menang dalam lomba foto
Olah foto diperkenankan sebatas burning, dodging, cropping, contrast, hue, saturation, level, curve, dust removing, noise reduction dan tidak ada pengubahan data vital
Hak cipta karya foto merupakan milik fotografer atau pemotret. Panitia tidak berhak menggunakan foto-foto yang terpilih ataupun yang masuk tanpa seijin dari fotografer/pemotret yang bersangkutan kecuali untuk keperluan Pameran Foto sehubungan dengan program ini
Gugatan dari pihak ketiga (model, pemilik kawasan, dll) adalah sepenuhnya tanggung jawab peserta.

Pengiriman karya:
Batas akhir pengiriman 08 Agustus 2009 (cap pos)
Foto di cetak ukuran 10R Jumbo tanpa bingkai, tanpa alas, tanpa pencantuman unsur-unsur non fotografis. Dibelakang foto ditempelkan : Judul foto, keterangan foto (caption), beserta keterangan fotografer: Nama, alamat, nomor telepon dan email.
Hasil cetak foto dikirimkan beserta CD berisi foto dengan spesifikasi sebagai berikut: file tiff atau jpg kualitas 12, RGB, resolusi minimum 300 dpi, ukuran gambar 30 x 40 cm. di kemasan CD dituliskan nama dan alamat.
Karya dikirimkan kepada sekretariat panitia dalam amplop tertutup, disertai dengan
- CD asli foto
- fotokopi KTP/SIM/tanda pengenal lainnya
- tanda bukti pembayaran asli
Setelah pengiriman, peserta harus memberikan konfirmasi kepada panitia

Pengumuman dan Penyerahan Hadiah
Para pemenang dan juara favorit akan dikonfirmasi panitia melalui email dan telepon pada 15 Agustus 2009
Keputusan dewan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
50 foto pilihan akan ditampilkan pada pameran foto tanggal 11-18 Agustus 2009 di House of Sampurna, Surabaya (dalam konfirmasi).
Penganugerahan pemenang akan dilaksanakan pada 18 Agustus 2009 dalam seminar nasional "Membingkai Budaya sebagai Isu Minoritas dalam Fotografi" di Gedung C FISIP, kampus B Universitas Airlangga.

Hadiah lomba
Juara 1 : Rp 5.000.000 & piagam
Juara 11 : Rp 3.000.000 & piagam
Juara III : Rp 1.000.000 & piagam
Juara harapan : Rp 500.000 & piagam (untuk tiga orang)
Para pemenang (Juara I, II, dan III) akan mendapatkan reimbursement transportasi dari tempat asal menuju Surabaya dan penginapan selama 1 malam untuk menghadiri acara penganugerahan.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Sekretariat CAPTURE:
Jalan Guntur No 8 RT/RW : 02/II Kel Peneleh Kecamatan Genteng
Surabaya 60274
CP : Adi (085258276341)
Mee (085655459905)



Dipersembahkan oleh:

FISIP Universitas Airlangga



----------------------------------------Didukung oleh--------------------------------



Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

25 Juli 2009

Tutup Raimuna Jatim 2009

Meriah!!
Kata yang tepat untuk menggambarkan suasana malam Brawijaya (sebutan untuk malam terakhir di Raimuna Jawa Timur 2009). Gurat tawa, senyum, dan teriakan segenap kakak-kakak peserta dan panitia raimuna menggenangi lapangan ponpes Jawaahirul Hukmah, Besuki, Tulungagung. Semua terbenam dalam iringan musik dan dentuman kembang api. Disaksikan oleh bukit JH, semangat pramuka malam itu begitu terasa klimaksnya. Aku dan teman-teman beriring-iringan senyum di kafe JH sambil bermain kartu remi. Tawaku malam itu adalah tawa paling keras selama seminggu bersama mereka. Kami se-GDV habis-habisan membantai nyamuk dalam permainan kartu tapuks nyamuks, permainan yang dikenalkan oleh Hwa Su (masa sih permainan congek seperti ini cuman ada di Korea?). Dalam satu lingkaran pemain, masing-masing membuka kartu yang dipegang secara berurutan sambil menyebut angka diawali dari kartu As, sampai King. Kalau kartu yang dilempar sesuai dengan yang disebut, maka semua pemain akan menapuk kartu. Pemain yang paling akhir menapuk will be the loser dan harus mengambil seluruh kartu yang sudah put off. Pemenang adalah pemain yang lebih dulu menghabiskan kartunya.

Satu kali tapukan, sebuncah teriakan. Dalam semenit, bisa lebih dari tiga tapuks. Sekali tapuks, perut mengeruts. Opat, GDV untuk Korean Village dari Perikanan Undip memegang rekor ketawa paling unik. Aku, memegang rekor ketawa paling absurd. Ta’in, no more excuses! Sedangkan Vini langganan sebagai the loser. Marlene dan Hanif sebagai the longest partner. Mereka selalu bertapuks satu sama lain. Mereka berdualah ujung tombak penentu kecanduan tapuks nyamuks karna memegang rekor terpanjang menjelang akhir permainan. Dan merekalah yang mengocak semua perut GDV-ers. Yang satu dari Jerman, satunya dari Salatiga. Sijine tindikan sijine kocomotoan. Sijine mengkilat sinije gelap (tiada maksud mencelamu Hanif, sumpah!). Selain adu menapuks, dua sejoli ini jor-joran medok. Lek wes kadung nesu, maka Hanif berSalatiganisasi dan Marlene sok berdiplomasi. Intinya: halah mboh, karepmu!


Kegaduhan di pojok kiri kafe JH malam itu disambut dengan tiba-tiba oleh serbuan kembang api saling silang-seling dari lapangan depan. DHWAR! DHWAR! WUIIIIIIII… JLEDHWAR!!!! Seketika itu pengunjung yang sedang menawar barang dan aksesoris di Raimuna Shop kepincut. Hanya GDV-ers yang acuh tak acuh. Namun sekali-kali tapi sering, aku menoleh memeriksa gumpalan cahaya melesat dan menyebar di angkasa JH. Sungguh indah. Saat aku menoleh lagi mulut mbak Meri sudah tertawa lebar, dan kening Vini mengerut karna harus memungut tumpukan kartu. Tiada yang akan memesona malam itu sebab tak terpikir akan mengabadikannya (wih, basaku wes koyok Samsul Bahri dan Siti Nurbuaya!). Intinya, malam itu adalah momen paling riang di Raimuna. Belum lagi disusul suara sang Raimuna Idol yang melantunkan tembang Mars Raimuna Jatim, cak Nicko. Suaranya terdengar riang. Sampai aku menulis entri ini pun tetap berngiang-ngiung (cuih!!)

Malam takkan larut karna pesta masih berlanjut sampai esok paginya. Tapi aku harus pamitan karna mataku makin kriting dan esok harus kembali ke Surabaya untuk rapat panitia lomba fotografi (Cici sms aku terus katanya printernya mbledak trus perutnya makin membuncit karna hamil muda…)

Upacara penutupan segera digelar. Nah, maunya sih aku update blog hari kemarin pas panitia ponpes JH sedang gladi bersih marching band untuk menyambut pak karwo yang ternyata denger-denger nggak bisa datang. Tapi karna udah dicabut kompiuternya, ya sutralah (batinku) besok aja kalu dh xmpe di Surabaya. Ku teringat tiba-tiba dengan Indonesian village ku yang telah seminggu menjadi kandang hidupku. Say goodbye to you, tenda yang membuat para peserta Raimuna menangis kegirangan, merenung, dan menyesal karna telah menghianati bangsa Indonesia…Egrang, karung, dan dakonku yang menjadi soulmate untuk memberi materi tentang traditionally culture. Dan sepatuku, moga kau tentram disana (anyway, I lost my shoe. Belum genap sebulan beli dari Plasa Surabaya)

22 Juli 2009

Raimuna Jawa Timur 2009 (what a?)


Ikut ikuuuuuuut!
Ngapain aja???

Secara garis besar ada 13 macam:
1. Gathering Program (kegiatan kebersamaan)
Gathering Program dimaksudkan untuk menjalin keakraban semua peserta Raimuna Jatim 2009, Gathering Program memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk berkumpul dalam satu wadah kegiatan.
Meliputi : Upacara pembukaan, Upacara penutupan, Welcome party, Karnaval , Pentas seni budaya, Malam Brawijaya, Apel pagi dan apel malam

2. Self Improvement (Pengembangan diri)
Self improvement adalah salah satu program yang didesain untuk meningkatkan kemampuan setiap individu serta sebagai sarana menggali potensi atau mengembangkan bakat dan minat pribadi.
Meliputi : Komposting, Presenter, Aroma therapy, Giat Krida Unggulan 8 Satuan Karya, PIK-KRR

3. Adventures (Petualangan) and Sport
Ragam kegiatan yang ditujukan untuk memberikan tantangan baru bagi peserta Raimuna Jatim, sesuai dengan relevansi pendidikan bagi remaja.
Meliputi : Susur sungai dan pantai, Expedition Raimuna, Selam, Paralayang, Mendayung

4. Manajemen Trainee (pelatihan manajemen)
Manajemen Trainee adalah rangkaian pelatihan manajemen yang ditujukan untuk mengasah kemampuan manajerial peserta (remaja) untuk mempersiapkan masa depannya.
Meliputi : Event Organizer, Budidaya Lobster, Ketrampilan Marmer

5. Friendship Program
Kegiatan dalam friendship program ditujukan untuk meningkatkan keakraban antara peserta Raimuna, serta sarana untuk menjalin keakraban.
Meliputi : Friendship Outbound

6. Global Development Village
Global Development Village merupakan satu konsep yang dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui media kecil berupa “perkampungan” pembangunan. Di GDV peserta diharapkan dapat mengembangkan sesuatu yang Global sebagai bekal menghadapi era Globalisasi.
Meliputi :
Scout Center  Brigade Penolong, PIK-KRR
Cultural Center  English Village, Japanese Village, European Village, Indonesian Village. Aku ada di Indonesian Village ini

7. Techno-Camp
Techno-Camp adalah konsep baru yang diusung dalam perkemahan untuk mewujudkan suatu harmonisasi antara pramuka dengan kehidupan teknologi, sehingga kegiatannya didesain untuk mengembangkan kemampuan dalam memanfaatkan perkembangan arus teknologi informasi di era Globalisasi.
Meliputi : Blogger Mania

8. Art and Culture
Art and Culture adalah 2 (dua) unsur yang merupakan identitas bangsa Indonesia, oleh karena itu semangat kebudayaan tersebut harus tetap dijunjung tinggi untuk meningkatkan semangat nasionalisme.
Meliputi : Marching Band, Kaligrafi, dan Disc Jockey ( DJ )

9. Enterpreneurship
Tantangan Globalisasi menuntut kemampuan individu untuk survive dalam menghadapinya. Indonesia dalam hal ini menghadapi tantangan yang sangat besar, yakni meningkatkan jumlah enterpreneur dari 2% menjadi 20% untuk dapat bersaing dengan dunia internasional. Selain dengan bekal skill, juga harus diiringi dengan manajemen enterpreneurship yang handal.
Meliputi : Wira Usaha Muda Mandiri

10. Fun Tour
Raimuna juga dimaksudkan untuk memberikan sarana rekreatif bagi pesertanya. Kegiatan Fun Tour dimaksudkan untuk menambah wawasan baru bagi peserta.
Meliputi : Wisata Budaya, wisata Alam, dan wisata kuliner
Untuk Kontingen Luar Negeri disediakan paket wisata khusus meliputi :
Meliputi : Ekspedisi Puncak Bromo, wisata kuliner

11. Community Development
Program Community Development ditujukan untuk menambah wawasan peserta Raimuna tentang hakekat Community Development yang sebenarnya. Sehingga peserta dapat mengembangkan program Community Development di Kwartir Cabang-nya masing-masing.

12. WORKSHOP
Kegiatan workshop dimaksudkan dengan tujuan memberikan bekal hard skill dan soft skill kepada peserta Raimuna Jatim 2009. Peserta workshop masing-masing akan mendapatkan sertifikat sebagi bukti mengikuti pelatihan.
Meliputi : Jurnalistik, Radio Broadcast, Audio Visual Broadcast, Karya Tulis Ilmiah

13. UNJUK PRESTASI SATUAN KARYA
Unjuk prestasi Satuan Karya dimaksudkan sebagai sarana berkompetisi sebagai hasil evaluasi pembinaan di pangkalan Satuan Karya-nya masing-masing.

Secara garis kecil, berikut deskripsinya:
Pagi ini di hari ke tiga pelaksanaan Raimuna Jawa Timur 2009. GDV untuk Indonesian village hari ini sedang free, makanya membangkongkan diri sungguh surgo ndunyo. Molet-molet angop-angop lalu update blog di ruang SIG (Sistem informasi geografis) seputar perjalanan Raimuna Jatim 2009. Eh, Lha! Marlene! sekonyong-konyong meninggalkanku ke diving area (tanpa undangan diriku kau lupakan, tanpa putusan diriku kau tinggalkan. Ku tak percaya dirimu tega nodai cinta, hianati cinta...preeet!)

H min satu aku mendapat kesempatan pamer unjuk suara di Radio Jossh FM Tulungagung yang katanya the biggest radio ever in Majestichelp (Tulungagung). Ya, semacam SS gitu kali ya. Ada talkshow premier dan penjelasan singkat (baca: promosi) tentang Raimuna jatim. Aku sebagai perwakilan dari Active Organizer untuk GDV Indonesian Village bersama dengan Hwa Su dari Korean Village (dia juga native loch!), dan satu lagi panitia, kak Nico sebagai perwakilan dari finalis Raimuna Idol (singer of jingle Raimuna jatim 2009). Karena aku memiliki multi-talent, jadilah seorang translator antara mbak Clarita (penyiar Jossh FM) dengan Hwa Su. Pertanyaan mengalir seputar 5W+1H ditambah pesan kesan harapan tantangan dan hambatan dalam berRaimuna.

Next day aku bertemu melepas rindu mesra dengan teman seperjuangan senasib sepeninggalan dari Unair. Mereka anak-anak APS (Airlangga photography Society) yang jadi panitia pula untuk AO Fotografi. Pecahlah suasana. Nadeey, temen seangkatan di Komunikasi menebar rindu padaku, bersalam-salaman, berpelukan, cipika cipiki cipingah! Senyum yang berkawat dengan kacamata tebal dan seonggok kamera SLR ditanggan tak pernah lepas dari lengannya...

Opening Ceremony yang takkan terlupakan! Karna aku melihat Gus Ipul langsung didepan mataku...MATAKU! hanya beberapa senti saja terpisah ruang dan cagak di lapangan Ponpes jawaahirul Hikmah. Aku duduk paling depan lurus sederet dengan tempat duduk Cak Ipul di sebelah kiri sana dan belasan "pesuruh jaya" (begitu kubaca di atribut pundaknya) dari Malaysia tepat di kananku. Tapi aku tak sempat mengobrol dan mananyai kabar kang Fahry pasca konflik dengan mbak Manohara Sinosuke sebab kak Sameer* kadung rindu berat dengan tanah kelahirannya. Jadilah ia bercakap panjang lebar dengan tetanggannya.

Di akhir opening ceremony ada unjuk kebolehan dari para santriwan dan santriwati Ponpes Jawaahirul Hikmah yaitu Marching Band yang katanya kang Sameer sudah go international. SUMPIT GILA! uaaapik pol!

"Weeeeeeeee! It's nice, wonderful! I never seen it before". Kata Kenta (native dari japanese Village) yang tiba-tiba wajahnya memerah karena adrenalinnya meningkat melihat performance yang begitu apik. Esok harinya, kulihat namaku (Adi Mutohar) tanpa wajah nongol di harian RaTu, Radar Tulungagung (Menyamakan dengan RaBa, Radar Banyuwangi).

Kemarin lusa show untuk village kosong. Atas usul mbak Meri, koor GDV dari FH Unair sekaligus mantan ketua pramuka Unair, semua AO dari IIWC untuk Villages menyempatkan diri hepi-hepian mandi di laut, berenang bersama ubur-ubur di pantai Sidem. Untuk pertama kalinya pula dalam hidupnya, Hwa Su mengendarai motor. Asal tahu aja, perjalanan dari buper ke pantai ditempoh selama satu jaman (berjalan kaki). Sebab itulah, walau capek, semuanya pulang berjalan kaki menyusuri tepi jalan dengan kiri kanan hutan dan sungai yang kata local people berbahaya karna berbuaya. Namun siapa yang berani melawan Vini (partner ku di Indonesian Village dari Pramuka Unair), tak seekorpun mampu mendekatinya. Jika seekor buaya buas mendekati kami semua, aku yakin mereka segera sirna sebab vini menyanyikan tembang hindustan "cacha maricha he he" dengan kepala berputar-putar dan tangan melambai-lambai.

Kemarin sama dengan show village sebelumnya, untuk Indonesian village dari Indonesia bermain permainan tradisional salah tiganya balap karung, dakon, dan egrang. Korean village, japanese, dan european village juga demikian, game-game seru dari masing-masing negara. Dan hari ini, jadwalku diving dicolong Marlene (ASEM!)

Demikian laporan sementara update berita seputar Raimuna. Komputere wes akeh sing ngantri.


*Mahasiswa farmasi Unair angkatan 2007 dari Malaysia. Termasuk panitia Raimuna paling sibuk selain Aku, Mbak Meri, Vini, panitia giat, dapur umum, dan sekretariat.

15 Juli 2009

Vote the Youths for RAIMUNA


Eksistensi pemuda perlu terus mendapatkan curahan perhatian dan motivasi. Bara semangat merekalah yang nantinya akan membakar Indonesia menjadi negara besar dan mandiri. Salah satu event spektakuler yang akan dihelat untuk pemuda Indonesia khususnya di Jawa Timur adalah Raimuna.


Istilah yang akrab disandingkan dengan pramuka penegak dan pandega ini akan digelar pada 19-25 Juli 2009 di Bumi Perkemahan Gudep Teritorial Jawaahinul Hikmah, Desa Besuki, Kec Besuki, Tulungagung. Namun dalam perkembangannya, perhelatan akbar ini mulai mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa. Saya buktinya, akan ikutan cawe-cawe di event ini. Daripada liburan maen counter strike mulu mending baur sama teman-teman pramuka Unair untuk memeriahkan Raimuna. Makanya, ini malam masih mau packing mempersiapkan beberapa potong baju. Kalo ide sih, sudah ready full stock! tinggal sleeping bagku yang dipinjem Lovi buat ke Semarang beberapa bulan yang lalu belum pulang sampai detik ini. Yip-yip, pity me...

Rencana berangkat dari Kwarda Jatim besok pagi jam 9 tet! then bebarengan ke TKP. Ayo-ayo siapa yang mau bareng??? skalian aku nebeng. Motore Chihi lagi digawe golek berita (dikejar dateline Gapura-nya Pemkot). Tak tunggu di Kwarda Jatim ya? jam songo tet!

Hmmm, trus aku ngapa aja di Raimuna? Rencana sih (berdasar briving di SC Pramuka tadi siang) aku sama dua mbak pramuka yang lain, sebut saja Meri dan Vini, kebagian job Indonesian Village. Mau tahu deskripsinya? tunggu posting berikutnya, tak telpon Lovi sek.

Ready for Challenge!!!

Raimuna 2009! where art, happines, and friendship blended into one unique community

10 Juli 2009

Contrang-contreng rek!



Contrang-contreng, contrang contreng
Hobi anak sekarang
Contrang-contreng, contrang contreng
Bikin ketagihan

Kalau ada maunya
Kalau ada maunya
Semua harus ada
Tak bisa ditunda
Contrang-contreng, contrang contreng
Hobi anak sekarang
Contrang-contreng, contrang contreng
Bikin ketagihan
[2X]

Memang aneh dunia zaman sekarang
banyak orang-orang bilang
tak ada uang tak sayang
(By: Elvi Sukarisih)



Mbak Elvi, I miss u.
Mbak Elvi Idolaku, mbak Elvi idola keluargaku, mbak Elvi idola semua penggemar dangdut. Semoga lirik diatas tidak membuat mbak Elvi makin risih.
Aku kemaren habis nyontreng lho, mbak! di Banyuwangi. Bayangkan mbak, demi Indonesiaku, tak bela-belain pulang cuma sehari, trus berangkat lagi ke Surabaya. Ini demi kau Indonesiaku, sungguh, DEMI KAU! camkan itu baik-baik.
Juga bagi para penggila, penggiat, dan segenap aktivis dangdut dimanapun engkau berada, tunjukkan rasa nasionalismemu bukan hanya dari lagu-lagu yang dangdut yang kau dendangkan tapi juga dari segenap hati tuk memberikan suara demi nasib bangsa kita lima tahun ke depan. LIMA TAHUN! camkan itu baik-baik saudaraku.
Itung-itung biar kita bisa menagih janji-janji para calon sewaktu mereka kampanye. Dan alhamdulillah! ternyata yang tak contreng meraih suara 60% lebih. Hakhakhak hikhikhik hakhikhakhik!

Omong-omong contreng, kalau kita amati lebih jauh, ternyata ada perbedaan setting tempat TPS di kota dan di desa. Kalau di kota (aku amati di Surabaya) tempat-tempat pemungutan suara biasanya berupa tenda yang menutup sebagian akses jalan gang-gang perumahan kecil. Kalau di desa (aku amati di Banyuwangi) TPS biasanya bertempat di SD atau MI atau balai desa atau lapangan atau bekas rumah penduduk. Seperti yang aku alami ketika aku menyontreng di rumah pak Ponidi.

(ket gambar: suasana penyontrengan di rumah P Ponidi, desa Buluagung RT 02 RW I, Siliragung, Banyuwangi)

07 Juli 2009

The New Comer is Coming! KING (without kong)!


Pemain :
Rangga Raditya – Guntur
Mamiek Prakoso – Pak Tejo
Lucky Martin – Raden
Ario Wahab – Mas Raino
Asrul Dahlan – Bang Bujang
Wawan Wanisar – Pak Lurah
Yati Surachman – nenek Raden
Surya Saputra – Pelatih Bulutangkis
Sutradara : Ari Sihasale
Dirmawan Hatta – penulis skenario
Penata Musik : Aksan Sjuman dan Titi Sjuman
Produser : Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen Sihasale.
Produksi : Alenia Productions


Description:
"Ngawur kon!"
Kalimat seru ini akan sering kita dengarkan begitu melihat film keluarga yang dibintangi oleh artis cilik berwajah oriental yang kampungan, Guntur dan Raden. Polah tingkah mereka semasa SD sering membuat geger warganya lantaran kerjaan dua bocah ini mencuri perkakas rumah, mulai senar gitar, balon mainan sampai tebah kasur. Namun begitulah esensi persahabatan dan perjuangan yang coba dituangkan dalam film "mini badminton" ini. Tak ketinggalan, canda tawa dan haru mereka di perkampungan dengan setting gunung, kawah, dan hutan, akan mengingatkan kita pada masa kecil, saat kita di desa. Seperti diriku. Huhuuuu:<,

“KING” adalah film keluarga karya sutradara Ari Sihasale, seorang aktor senior sekaligus produser yang sukses menelorkan “DENIAS – Senandung di Atas Awan” dan “Liburan Seru”. “KING” diproduksi oleh Alenia Productions yang didirikan oleh Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen.
Dua sejoli ini aktif membuat film, setelah sukses dengan “Denias”, kini mereka menghadirkan “KING” yang kisahnya terinspirasi legenda bulutangkis Indonesia, Liem Swie King (28 Februari 1956 – ).

Walaupun memang ada banyak deretan nama-nama legenda Bulutangkis di Indonesia, seperti Rudi Hartono, Tan Joe Hok, Iie Sumirat, Christian Hadinata, Ade Chandra, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Icuk Sugiarto, Alan Budi Kusuma, Susi Susanti,, dan lain-lain, namun hanya ada satu yang mempunyai ciri khas yang dikenang sampai sekarang, yaitu smash dengan cara melompat (jumping smash) yang kemudian dikenal dengan sebutan “King Smash” yang hingga kini masih melegenda dan ditiru oleh pemain-pemain dunia.

Film “KING” ini mengemas drama keluarga sarat dengan pesan pendidikan, perjuangan, dan nasionalisme. “KING” mengisahkan perjuangan dalam prestasi olah raga dari seorang anak dari desa, dengan kemauan dan latihan yang keras akan membawakan hasil yang heran. Senada dengan film “Garuda di Dadaku”, film “KING” ini disamping bertema olah-raga juga tentang persahabatan, suatu persahabatan ala “Hamlet dan Horatio”.
Suatu jenis persahabatan yang dapat mengungkapkan kepada kita bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian. Setiap kesuksesan, apapun jenisnya selalu memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya yang terdekat. Yaaah, namanya juga soulmate. Oh, ya. Aku udah nonton lho premiernya, di Plasa Surabaya. Tuh, dah tak aplot di bawah! dibaca ya...(ngawur, kon!!!)

05 Juli 2009

Oh, King! We're Couple...

Benernya dikit canggung sih pas mau nonton film badminton junior ini. Berhubung dapet kesempatan nraktir, cabut deh. Petang itu, aku ma kang Tajek abis jama'ah Ashar di kosan. Sok-sok an gtu deh, aku yang jadi imam (Subhanallah!). Pas dari raka'at 2 hapeku bergoyang. Nah, loh! Gak kusuk. Pas tahiyat ahkir goyang lagi. Abis salam toleh kanan-toleh kiri, no salaman no wiridan, just angkat hape. Eh, ternyata pak rektorat. Lupa namanya, kayaknya pak Eko. Nggak penting, ah! Yang penting pak Eko orang penting di rektorat.
Dan, aku disuruh olehnya saat itu juga datang ke rektorat kampus C. Yowes, aku langsung budhal sama kang Tajek. Ternyata disana di brifing tentang keberangkatanku ke Jakarta. Ada acara sosialisasi dan revisi proposal dari Dikti. Oh, betapa senangnya hatiku. Lebih senang lagi, aku bisa jalan-jalan ke Jakarta, dan GRATIS!!! lebih senang lagi, ternyata proposalku disetujui. Dapet 40 jeti. EMPAT PULUH JETIII....
sklai lagi
EM-PAT-PU-LUH JETIII...
skali lagi
EEMMPPAATT PPUULLUUHH JJEETTIIII...
skali lagi
EMP(ukh, ukh!) LUH (aduh kesedak!) JEEEETTTTIIIII...

Ehm! Ehm!
Singkat cerita, aku disangoni tiket pesawat dan sejumlah uang. Senangnya hatiku, turun panas demamku, kini aku bermain dengan riang...:--).
Dari mana tadi...? Oh ya, disangoni. Trus anu, langsung wes. Mumpung premier, MIDnight! No basa no basi. Mampir kos, ambil helm. Berangkatlah ke Delta, pesen 6 tiket. Dua untuk aku ma kang Tajek, satu tuk Cicik (21, Kediri), satu tuk Ipung (22, Madura), dan duanya tuk Maya (21, Pandaan) ma Asdi (24, Sidoarjo).
Hummmm! Jae Hoh!

Syukron, dapat tempat paling belakang. Pas pilem diputar, bayanganku sebelumnya adalah setting King yang sok Jakarta sentris gitu. Gedung-gedung tinggi pencakar awan dan jalanan sok macet. Tapi begitiu yang muncul adalah scene pegunungan dan daratan nan hijau dan luas, terkejutlah hatiku (mak Wow!).
Then, Apa yang terjadi? Selama pilem diputar, kita sok rebutan setting gitu.
Pas scene kawah memukau itu, kata Cicik, “Eh, Kediri tuh, gunung kelud!”
Maya: “Bukan yo! Tu lho Pandaan.”
Lha pas scene pemandangan hijau-hijau rumpun yang asri dan segar itu (beserta kijang-kijang kelana),,
“Madura weh, Madura!” Ipung menyohor
"Halah! Meduro gersang", jarene wong Sidoarjo
"Wuh, Kah! daripada Darjo, tenggellam."
Aku dan Tajek ikut berchauvinisasi “ Lah lah lah! Yo Banyuwangi tho!! Iku lho Alas Purwo”. sebenarnya sok tahu sih njawab alas purwo. Padahal cuman pisan thok mrono, pas pelantikan PMR kae..
Dari awal aku merasa ada proksimitas dengan pilm ini. Entah kenapa, pilm itu begitu menggambarkan kahidupanku di masa lampau. Pengalaman-pengalaman masa lalu yang mirip. Hanya saja Guntur sering ke Ijen, aku sering ke Rowo Biru. Hobi sama, badminton. Sepedah mininya juga sama. Nama bapaknya juga hampir sama lho... Hanya saja aku cuma menang di tingkat Kecamatan.
Dan ternyata! Begitu ada nama Banyumangkis, kang Tajek berusaha meyakinkan “Ki nong Banyuwangi tenan tho yo?”
Ealaaaah, tibake tonggoan. Guntur Banyuwangi lor cedek Ijen aku banyuwangi kidul cedek Pulo Merah...
You know what? Pas pulang dari Jakarta Minggu kemaren, tetangga kosku podo maen raket. Tampel-tampelan. Terhitung pas aku jalan dari RSUD Dr. Soetomo sampek pertigaan karangmenjangan samping kos, 12 bocah menangkis-nangkis bulu termasuk Nopi, adek kosku..


Salam Blambangan!

Alhamdulillah...Uhuy! ahkirnya jadi sudah weblogku.

Ucapan terimakasih tak terkira saya sampaikan kepada Mr.Blogger yang telah ikhlas menyediakan tempat untuk hajatan informasi, bertukar pikiran, sharing pengalaman, dan up date berita. Tak lupa pula kepada segenap handai taulan yang selalu menunggu-nunggu kabar launching weblog ini. Sebenarnya masih bingung juga mau diisi konten apa weblog ini. Kalau buku diary elektrik, ntar dikira nyentrik. Kalau cuma tugas kuliah, kuno. Kalau sumber bokep-bulary, udah jadul (arek Banyuwangi wes ora doyan mbokep). Yoweslah, ngalir aja. Take it easy just let it blow!.

Bismillahirrahmanirahim, dengan disaksikan oleh sembilan pengguna warnet "asa", weblog diblambangan saya nyatakan on air! (disusul bunyi palu memukul meja bilik 6 "asa" net, tok tok tok!)

plok plok plok plok plok...100x!!!

cpret! cpret! cpret! ("asa" net makin silau oleh kilatan kamera slr wartawan Asapos)

plok plok plok plok...100x!!!

cpret! cpret! cpret!

Bupati Ratna melambai-lambaikan tangan dan tersenyum kepada segenap user "asa" net disetiap bilik disusul dibelakangnya jebeng-thulik melenggak lenggok menggunakan batik bertulis “Sumpah! Made in Blambangan”.

plok plok plok plok...100x!!!

Rombongan bupati beserta jebeng-thulik berlalu meninggalkan warnet