05 Juli 2009

Oh, King! We're Couple...

Benernya dikit canggung sih pas mau nonton film badminton junior ini. Berhubung dapet kesempatan nraktir, cabut deh. Petang itu, aku ma kang Tajek abis jama'ah Ashar di kosan. Sok-sok an gtu deh, aku yang jadi imam (Subhanallah!). Pas dari raka'at 2 hapeku bergoyang. Nah, loh! Gak kusuk. Pas tahiyat ahkir goyang lagi. Abis salam toleh kanan-toleh kiri, no salaman no wiridan, just angkat hape. Eh, ternyata pak rektorat. Lupa namanya, kayaknya pak Eko. Nggak penting, ah! Yang penting pak Eko orang penting di rektorat.
Dan, aku disuruh olehnya saat itu juga datang ke rektorat kampus C. Yowes, aku langsung budhal sama kang Tajek. Ternyata disana di brifing tentang keberangkatanku ke Jakarta. Ada acara sosialisasi dan revisi proposal dari Dikti. Oh, betapa senangnya hatiku. Lebih senang lagi, aku bisa jalan-jalan ke Jakarta, dan GRATIS!!! lebih senang lagi, ternyata proposalku disetujui. Dapet 40 jeti. EMPAT PULUH JETIII....
sklai lagi
EM-PAT-PU-LUH JETIII...
skali lagi
EEMMPPAATT PPUULLUUHH JJEETTIIII...
skali lagi
EMP(ukh, ukh!) LUH (aduh kesedak!) JEEEETTTTIIIII...

Ehm! Ehm!
Singkat cerita, aku disangoni tiket pesawat dan sejumlah uang. Senangnya hatiku, turun panas demamku, kini aku bermain dengan riang...:--).
Dari mana tadi...? Oh ya, disangoni. Trus anu, langsung wes. Mumpung premier, MIDnight! No basa no basi. Mampir kos, ambil helm. Berangkatlah ke Delta, pesen 6 tiket. Dua untuk aku ma kang Tajek, satu tuk Cicik (21, Kediri), satu tuk Ipung (22, Madura), dan duanya tuk Maya (21, Pandaan) ma Asdi (24, Sidoarjo).
Hummmm! Jae Hoh!

Syukron, dapat tempat paling belakang. Pas pilem diputar, bayanganku sebelumnya adalah setting King yang sok Jakarta sentris gitu. Gedung-gedung tinggi pencakar awan dan jalanan sok macet. Tapi begitiu yang muncul adalah scene pegunungan dan daratan nan hijau dan luas, terkejutlah hatiku (mak Wow!).
Then, Apa yang terjadi? Selama pilem diputar, kita sok rebutan setting gitu.
Pas scene kawah memukau itu, kata Cicik, “Eh, Kediri tuh, gunung kelud!”
Maya: “Bukan yo! Tu lho Pandaan.”
Lha pas scene pemandangan hijau-hijau rumpun yang asri dan segar itu (beserta kijang-kijang kelana),,
“Madura weh, Madura!” Ipung menyohor
"Halah! Meduro gersang", jarene wong Sidoarjo
"Wuh, Kah! daripada Darjo, tenggellam."
Aku dan Tajek ikut berchauvinisasi “ Lah lah lah! Yo Banyuwangi tho!! Iku lho Alas Purwo”. sebenarnya sok tahu sih njawab alas purwo. Padahal cuman pisan thok mrono, pas pelantikan PMR kae..
Dari awal aku merasa ada proksimitas dengan pilm ini. Entah kenapa, pilm itu begitu menggambarkan kahidupanku di masa lampau. Pengalaman-pengalaman masa lalu yang mirip. Hanya saja Guntur sering ke Ijen, aku sering ke Rowo Biru. Hobi sama, badminton. Sepedah mininya juga sama. Nama bapaknya juga hampir sama lho... Hanya saja aku cuma menang di tingkat Kecamatan.
Dan ternyata! Begitu ada nama Banyumangkis, kang Tajek berusaha meyakinkan “Ki nong Banyuwangi tenan tho yo?”
Ealaaaah, tibake tonggoan. Guntur Banyuwangi lor cedek Ijen aku banyuwangi kidul cedek Pulo Merah...
You know what? Pas pulang dari Jakarta Minggu kemaren, tetangga kosku podo maen raket. Tampel-tampelan. Terhitung pas aku jalan dari RSUD Dr. Soetomo sampek pertigaan karangmenjangan samping kos, 12 bocah menangkis-nangkis bulu termasuk Nopi, adek kosku..


1 komentar: